10
Maret 2018 saya dan teman-teman melakukan perjalanan wisata menuju Desa Wisata
Ngringginan. Desa Wisata ini terletak di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul,
Kabupaten Bantul, daerah Istimewa Yogyakarta. Luas desa wisata ini adalah 0,25
m2 yang dibagi dalam 10 RT dengan total KK adalah 489 dan jumlah
penduduk sebesar 1.408 jiwa. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di desa
wisata ini adalah petani dan buruh. Selain itu ada pula yang berprofesi sebagai
pedagang, wirausaha, dan pegawai pemerintah.
Perjalanan
kami dimulai dengan berkumpul di Koperasi Mahasiswa UGM yang lokasinya tepat di
depan gedung Sekolah Vokasi UGM. Perjalanan menuju Desa Wisata Ngringginan
membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dari titik kumpul kita. Akses menuju Desa
Wisata Ngringginan sangat mudah yaitu dengan melalui Jalan Bantul dan Jalan
Parangtritis, sesampainya di desa wisata tersebut sangat mudah bila ingin
menemukan kantor kesekretarian di sana. Kita dapat menggunakan GPS (Gunakan
Penduduk Setempat) karena penduduk di Desa Wisata Ngringginan sangat ramah dan
dengan suka hati membantu wisatawan yang ingin mengunjungi kantor kesretariatan
desa wisata tersebut. Di kantor
kesekretariatan kita bertemu dengan Bapak Widi. Pak widi inilah sang pengelola
Desa Wisata Ngringginan. Pak Widi dengan
senang hati menjelaskan sedikit mengenai desa wista ini. Ternyata Desa Wisata
Ngringginan ini adalah desa wisata baru yag terbentuk 1 tahun yang lalu dan
sedang mengupayakan brand heritage and culture
rural tourism. Di Desa Wisata Ngringginan terdapat 7 peninggalan Belanda
yaitu museum, pabrik kereta, stasiun kereta, rel kereta, irigasi, sekolah,
pasar, dan rumah sakit.
Tak
hanya kaya akan peninggalan belanda, namun di Desa Wisata Ngringginan juga
mempunyai produk khas yaitu Madu Mongso, Emping, dan Tempe. Pembuatan Madu
Mongso ini dipandu langsung oleh Ibu Andriani selaku pembina pembuatan Madu
Mongso.
Keindahan
alam yang dipadukan budaya daerah yang masih kental membuat saya betah di Desa
Wisata Ngringginan ini. Kami dapat melakukan aktivitas seperti terjun langsung
dapam kegiatan di sawah, bermain lesung dan menonton pertunjukan Ketoprak. Wisatawan juga dapat menginap di rumah warga
(home stay). Terdapat 25 home stay yang disediakan oleh warga di Desa wisata
ngringginan ini.
Setelah
menelusuri wisata alam, wisata kuliner, kini saatnya kami menjelajahi wisata
religi di Desa Wisata Ngringginan ini. Di desa wisata ini terdapat gereja yang
masih sangat kental dengan budaya Jawa dan Hindunya. Kedua kebudayaan ini
bercampur menjadi satu dan membentuk alkulturasi yang indah. Nama
gereja ini adalah Gereja Hati Kudus Yesus atau yang lebih dikenal dengan Gereja
Ganjuran. Gereja ini memiliki arsitektur
jawa yang diterapkan pada bangunan gereja berupa pendopo yang semi terbuka
dengan atribut keagamaan katolik yang lengkap seperti patung Yesus, patung
Bunda Maria, dan patung Santo Yusuf. Tak ketinggalan ruang adorasi yang
disediakan bagi peziarah yang menginginkan ruang doa yang tenang dan jauh dari
keramaian. Kebudayaan hindu yang sangat nampat terlihat pada bangunan candi
yang berada di belah bangunan gereja. Bangunan
candi ini sangat menarik perhatian kami karena banyaknya peziarah yang berdoa
dan memasuki candi yang dimana di dalam candi tersebut terdapat pantung Tuhan
Yesus. Tak hanya candi hindu yang menarik perhatian, namun ada juga 9 sumber
air suci (Air Perwitasari) yang tepat
berada di sebelah kiri candi. Air suci ini melambangkan pembasuhan atau
penyucian diri sebelum nantinya peziarah memasuki candi dan berdoa di dalamnya.
Di dalam area candi pun juga terdapat
ukiran mengenai kisah sengsara Yesus menuju kematian dan akhirnya bangit dari
antara orang mati.
Terdapat
pula pemandian suci, di pemandian suci ini peziarah dapat mandi dan membasuk
seluruh badannya namun tidak diperkenankan menggunakan sabun, shampo, dan alat
pembersih yang mengandung zat kimia lainnya.
Setelah
melihat-lihat suasana di Gereja Hati Kudus Yesus kami kembali ke Rumah bapak
Widi dan makan siang bersama. Lauk dan sayur yang disajikan pun menggunakan
menu desa yang sangat sederhana yaitu nasi + sayur sop + tempe goreng + ayam
goreng + krupuk + da teh manis panas. Kami makan dengan cara prasmanan dan
makan bersama dengan guyupnya.
Setelah
kami semua selesai makan, kami berpamitan kepada pak Widi dan bu Indriani
karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 siang. Kami juga mengucapkan banyak
terimakasih karena telah memberikan pengalaman, dan ilmu pengetahuan yang baru
kepada kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar