Senin, 12 Maret 2018

MLIPIR DI DESA WISATA NGRINGGINAN


10 Maret 2018 saya dan teman-teman melakukan perjalanan wisata menuju Desa Wisata Ngringginan. Desa Wisata ini terletak di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, daerah Istimewa Yogyakarta. Luas desa wisata ini adalah 0,25 m2 yang dibagi dalam 10 RT dengan total KK adalah 489 dan jumlah penduduk sebesar 1.408 jiwa. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di desa wisata ini adalah petani dan buruh. Selain itu ada pula yang berprofesi sebagai pedagang, wirausaha, dan pegawai pemerintah.
Perjalanan kami dimulai dengan berkumpul di Koperasi Mahasiswa UGM yang lokasinya tepat di depan gedung Sekolah Vokasi UGM. Perjalanan menuju Desa Wisata Ngringginan membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dari titik kumpul kita. Akses menuju Desa Wisata Ngringginan sangat mudah yaitu dengan melalui Jalan Bantul dan Jalan Parangtritis, sesampainya di desa wisata tersebut sangat mudah bila ingin menemukan kantor kesekretarian di sana. Kita dapat menggunakan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) karena penduduk di Desa Wisata Ngringginan sangat ramah dan dengan suka hati membantu wisatawan yang ingin mengunjungi kantor kesretariatan desa wisata tersebut.  Di kantor kesekretariatan kita bertemu dengan Bapak Widi. Pak widi inilah sang pengelola Desa Wisata Ngringginan.  Pak Widi dengan senang hati menjelaskan sedikit mengenai desa wista ini. Ternyata Desa Wisata Ngringginan ini adalah desa wisata baru yag terbentuk 1 tahun yang lalu dan sedang mengupayakan brand heritage and culture rural tourism. Di Desa Wisata Ngringginan terdapat 7 peninggalan Belanda yaitu museum, pabrik kereta, stasiun kereta, rel kereta, irigasi, sekolah, pasar, dan rumah sakit.
Tak hanya kaya akan peninggalan belanda, namun di Desa Wisata Ngringginan juga mempunyai produk khas yaitu Madu Mongso, Emping, dan Tempe. Pembuatan Madu Mongso ini dipandu langsung oleh Ibu Andriani selaku pembina pembuatan Madu Mongso. 
Keindahan alam yang dipadukan budaya daerah yang masih kental membuat saya betah di Desa Wisata Ngringginan ini. Kami dapat melakukan aktivitas seperti terjun langsung dapam kegiatan di sawah, bermain lesung dan menonton pertunjukan Ketoprak.  Wisatawan juga dapat menginap di rumah warga (home stay). Terdapat 25 home stay yang disediakan oleh warga di Desa wisata ngringginan ini.
Setelah menelusuri wisata alam, wisata kuliner, kini saatnya kami menjelajahi wisata religi di Desa Wisata Ngringginan ini. Di desa wisata ini terdapat gereja yang masih sangat kental dengan budaya Jawa dan Hindunya. Kedua kebudayaan ini bercampur menjadi satu dan membentuk alkulturasi yang indah.  Nama gereja ini adalah Gereja Hati Kudus Yesus atau yang lebih dikenal dengan Gereja Ganjuran.  Gereja ini memiliki arsitektur jawa yang diterapkan pada bangunan gereja berupa pendopo yang semi terbuka dengan atribut keagamaan katolik yang lengkap seperti patung Yesus, patung Bunda Maria, dan patung Santo Yusuf. Tak ketinggalan ruang adorasi yang disediakan bagi peziarah yang menginginkan ruang doa yang tenang dan jauh dari keramaian. Kebudayaan hindu yang sangat nampat terlihat pada bangunan candi yang berada di  belah bangunan gereja. Bangunan candi ini sangat menarik perhatian kami karena banyaknya peziarah yang berdoa dan memasuki candi yang dimana di dalam candi tersebut terdapat pantung Tuhan Yesus. Tak hanya candi hindu yang menarik perhatian, namun ada juga 9 sumber air suci (Air Perwitasari)  yang tepat berada di sebelah kiri candi. Air suci ini melambangkan pembasuhan atau penyucian diri sebelum nantinya peziarah memasuki candi dan berdoa di dalamnya.  Di dalam area candi pun juga terdapat ukiran mengenai kisah sengsara Yesus menuju kematian dan akhirnya bangit dari antara orang mati.
Terdapat pula pemandian suci, di pemandian suci ini peziarah dapat mandi dan membasuk seluruh badannya namun tidak diperkenankan menggunakan sabun, shampo, dan alat pembersih yang mengandung zat kimia lainnya.
Setelah melihat-lihat suasana di Gereja Hati Kudus Yesus kami kembali ke Rumah bapak Widi dan makan siang bersama. Lauk dan sayur yang disajikan pun menggunakan menu desa yang sangat sederhana yaitu nasi + sayur sop + tempe goreng + ayam goreng + krupuk + da teh manis panas. Kami makan dengan cara prasmanan dan makan bersama dengan guyupnya.
Setelah kami semua selesai makan, kami berpamitan kepada pak Widi dan bu Indriani karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 siang. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih karena telah memberikan pengalaman, dan ilmu pengetahuan yang baru kepada kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar